Namun karena krisis ekonomi saat pemerintahan raja Mangkunegara ke VI, semua pemain wayang terpaksa dipensiunkan. Sejak saat itulah, para pemain wayang membentuk kelompok dan melakukan pementasan dari kampung ke kampung. Hingga, seorang pengusaha keturunan Tionghoa yang bernama Gan Kam, melihat fenomena ini sebagai peluang bisnis.ï»żPertunjukan wayang mampu bertahan sampai sekarang, karena..... pilihannya a. Ceritanya selalu berkembang menyesuaikan kondisi masyarakat setempat b. Isi ceritanya banyak menyadur dari ceritera mahabarata dan ramayana c. fungsi pertunjukan wayang pada awalnya untuk pemujaan arwah nenek moyang e. Pertunjukan wayang banyak digunakan sebagai sarana hiburan dan komunikasi E. pertunjukan wayang banyak digunakan sebagai sarana hiburan dan komunikasi
Dalamperannya sebagai media pembelajaran, wayang diharapkan mampu menyampaikan nilai-nilai kebudayaan kepada peserta didik. Selain itu, wayang juga dapat digunakan sebagai media interaksi guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran didalam maupun di luar kelas. Dewasa ini, eksistensi wayang mulai menurun sejalan dengan perkembangan teknologi.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal dengan keberagaman budaya dan kearifan lokal yang melimpah yang sudah menjadi ciri khas sekaligus bagian dari kehidupan masyarakat. Dan bahkan di era perkembangan zaman saat ini, keberagaman budaya lokal ini terus berkembang dan masih melekat dalam kehidupan masyarakatnya. Hal ini terbukti dari keberadaan wayang sebagai salah satu budaya lokal yang berawal dari pulau Jawa yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat hingga keberadaannya mampu berkembang pesat dan diakui oleh masyarakat luar negeri. Dan bahkan UNESCO juga telah mengakui wayang Indonesia sebagai World Master Piece of Oral and Intagible Heritage of Humanity tepatnya pada 7 November tahun 2003 Hilwin, 2013. Namun kenyataannya, keberadaan wayang yang begitu popular dan dinikmati oleh masyarakat belahan dunia justru berbanding terbalik dengan bangsanya sendiri yang mulai jarang mengagumi dan melupakan budayanya tersebut. Dan hal ini terjadi karena anak generasi muda sekarang ini cenderung lebih tertarik dan bangga dengan kesenian yang ada di luar negeri daripada warisan budaya lokal yang mengandung banyak nilai luhur bangsa. Pasalnya, budaya lokal wayang inilah merupakan salah satu modal dan kekayaan bangsa yang harus terus-menerus di lestarikan dan dipertahankan agar keberadaannya mampu eksis dan bertahan mengikuti perkembangan zaman modern saat ini. PEMBAHASAN Wayang merupakan salah satu kesenian yang berawal dan berkembang di Pulau wayang sendiri berasal dari kata "Mah Hyang" yang berarti Tuhan Yang Maha Esa. Namun ada juga yang menyatakan bahwa kata wayang memiliki arti mempertunjukkan bayangan, hal ini dikarenakan penonton menikmatinya dari bayangan boneka pahatan kulit atau kayu yang diperankan oleh seorang dalang. Meskipun kegunaannya hanya sebagai bahan tontonan dan pertunjukan belaka, namun jalur ceritanya menyimpan nilai-nilai luhur bangsa yang mampu mengajarkan banyak ajaran positif bagi masyarakat yang menikmatinya baik nilai etika, moral, dan lain sebagainya. Dan hingga saat ini, hasil warisan pada masa Wali Songo yang digunakan sebagai media penyiaran agama Islam pada masa itu mampu berkembang pesat dan tetap eksis di era perkembangan zaman saat ini. Dan bahkan hasil budaya ini juga terbukti di akui oleh UNESCO sebagai world Master Piece of Oral and Intagible Heritage of Humanity tepatnya pada 7 November tahun 2003 Hilwin, 2013. Wayang juga memiliki beragam jenis yang pernah diselenggarakan oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah wayang beber, wayang kulit, wayang golek, wayang krucil atau wayang klithik, wayang orang, wayang topeng, wayang cepak, wayang gedhog, wayang sadat, wayang potehi atau wayang makao, wayang wahyu, wayang kancil, dan wayang ukur Hilwin, 2013. Dengan demikian, kehadiran wayang di tengah kehidupan masyarakat merupakan wujud keunggulan budaya lokal tersendiri yang telah mendunia disamping segudang keunikan yang terkandung di dalamnya dari berbagai aspek baik aspek budaya, sejarah, bahasa, pertunjukan, dan lain sebagainya. Untuk itu, kita sebagai generasi penerus bangsa dapat menjaga dan memperkenalkan kelestarian budaya wayang ini sebagai wujud budaya yang unggul dan inovatif yang dapat di sesuaikan oleh jiwa anak muda saat ini dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial yang ada. Sebab, inovasi dan kreasi budaya wayang sangat dibutuhkan agar wayang tidak sekadar dijadikan sebagai hal yang monoton belaka dan tergerusnya budaya melainkan sebagai budaya yang mampu menjadi sumber identitas dan relasi bangsanya. Pertunjukan wayang yang semakin maju dan kreasi di antara dinamika masyarakat saat ini dapat bermanfaat bagi eksistensi budaya wayang berkembang dan eksis di seluruh lingkungan masyarakat negeri maupun luar negeri disamping tantangan yang ada dalam perkembangannya. Untuk itu, regenerasi pertunjukan wayang di masyarakat menjadi komersial juga dapat dilakukan melalui beberapa upaya agar keberadaanya dapat menarik minat masyarakat generasi muda saat ini. Pertama, perubahan penggunaan lampu dari lampu "blencong" ke petromark dan sekarang menjadi lampu listrik. Pada masa itu blencong merupakan lampu yang masih sederhana yang memiliki sumbu tidak lurus dan bergoyang-goyang namun mampu menghadirkan bayangan yang bagus dan hidup di masa itu. Dan kemudian seiring perkembangan teknologi kemudian muncullah lampu petromark sebagai media terselenggaranya wayang ini meskipun penggunaannya tidak begitu lama. Hingga akhirnya di era modern saat ini, pertunjukan wayang di Indonesia dilakukan dengan menggunakan lampu listrik. Sebab, lampu ini mampu menghidupkan suasana wayang menjadi lebih hidup di samping beragam efek lampu yang warna warni yang disesuaikan dengan efek suara kilat serta guntur yang dimainkan oleh para penabuh gamelan dan sinden. Kedua, memasukkan unsur-unsur lawakan, tari, musik campursari dan dangdut, dan lain sebagainnya dalam pertunjukan wayang. Dengan adanya semua itu, maka pertunjukan wayang akan semakin menonjol dan seru disamping jalur ceritanya yang menyimpan dan mengajarkan nilai-nilai budaya bangsa. Ketiga, memperbanyak dan memanfaatkan kehadiran para pesinden atau waranggana. Sebab, adanya kehadiran para pesinden inilah pertunjukan wayang akan semakin hidup dan mencairkan suasana dengan fungsi yang sesungguhnya yakni menonjolkan penampilan dan sekaligus suara lantunan tembangannya yang sangat khas dan merdu. Namun dalam melakukan regenerasi pertunjukan wayang ini juga harus di dukung oleh jalur pendidikan di lembaga pendidikan. Sebab, dengan dukungan tersebut budaya wayang dapat berkembang dan tetap eksis di kalangan anak muda sekarang. PENUTUP Budaya lokal merupakan aset sekaligus sumber identitas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sebab, kehadirannya sangat dilestarikan dan kental dalam kehidupan sosialnya. Dan budaya wayang merupakan salah satu budaya yang terbukti mampu dikenal oleh seluruh masyarakat belahan dunia dan hingga diakui oleh UNESCO sebagai aset budaya nasional. Untuk itu, kita sebagai generasi muda Indonesia harus mampu mempertahankan dan melestarikan warisan budaya ini. Sungguh, tanpa adanya kontribusi dan segala upaya yang dapat dilakukan oleh generasi muda saat ini maka eksistensi budaya wayang akan tersingkir dan bahkan tergerus oleh budaya luar. Meskipun, wayang merupakan kesenian tradisional namun pembaruan yang dapat dilakukan di masa modern ini juga diharapkan mampu menarik perhatian dan simpati disamping persaingan budaya masyarakat luar negeri saat ini. Lihat Ilmu Sosbud SelengkapnyaPenelitianini membahas pertunjukan wayang kulit yang dikemas dalam format seleksi dalam Seleksi Dalang Profesional Yogyakarta Tahun 2008. Data penelitian ini sangat unik karena peristiwa seperti ini tidak terulang lagi sampai tahun 2016. Data dikumpulkan dengan perekaman audio- visual serta observasi langsung. AnalisisIlustrasi pertunjukan wayang. Foto iStockIndonesia mewarisi banyak budaya yang sudah diakui oleh dunia. Salah satunya adalah pertunjukan wayang yang diakui UNESCO pada tahun 2003 sebagai Master Piece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau warisan budaya dunia yang berasal dari merupakan karya seni budaya yang terbilang cukup menonjol di antara budaya Indonesia lainnya. Pertunjukan wayang meliputi seni peran, suara, musik, tutur, sastra, tulis, hingga seni wayang sudah mengalami banyak perubahan dan perkembangan dari masa ke masa. Mengutip buku Wayang dan Topeng, pada mulanya wayang digunakan untuk menyebarkan ajaran kini wayang lebih merupakan pementasan seni. Dalam perkembangannya, pertunjukan wayang disesuaikan dengan kebutuhan dan cerita yang dibawa oleh sang keberadaannya mulai tergerus oleh hadirnya budaya asing, wayang masih eksis dan memiliki banyak penggemar. Hal itu tercermin dari masih seringnya pertunjukan wayang digelar dalam acara-acara formal maupun informal, khususnya di daerah Jawa dan Pertunjukan WayangIlustrasi pertunjukan wayang. Foto iStockPertunjukan wayang ditampilkan dalam beberapa versi. Ada versi wayang yang dimainkan oleh seseorang dengan memakai kostum yang dikenal sebagai wayang orang. Ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka yang dimainkan oleh yang dimainkan oleh dalang tersebut di antaranya berupa wayang kulit dan wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pertunjukan wayang biasanya berasal dari kisah Mahabarata dan buku Indonesia Nan Indah Kerajinan Khas Daerah oleh Wilujeng D, jenis-jenis wayang untuk setiap daerah berbeda-beda. Alat peraganya pun beragam yang dihasilkan dari bahan berbeda-beda. Ada yang terbuat dari kayu, kulit, kertas, atau kain. Berikut beberapa macam jenis wayang yang berkembang di berbagai daerah di kulit merupakan jenis wayang yang paling populer di masyarakat sampai saat ini. Bentuknya berupa ukiran dengan berbagai bentuk yang disesuaikan dengan yang digunakan terbuat dari lembaran kulit kerbau atau kulit lembu. Wayang kulit dibuat dengan bentuk yang sangat terencana dan dengan tingkat keabstrakan yang wayang kulit hampir ada di seluruh Jawa dan daerah transmigrasinya. Bahkan, wayang kulit sekarang telah meluas ke daerah wayang kelitik pipih seperti wayang kulit. Namun, kayu menjadi bahan utama jenis wayang ini. Bagian tangan wayang kelitik terbuat dari kulit agar mudah digerak-gerakkan. Penyebaran wayang kelitik terdapat di daerah wayang. Foto iStockPertunjukan wayang golek menggunakan alat peraga berupa boneka-boneka kecil dengan diberi pegangan semacam cempurit. Bahan yang digunakan untuk membuat boneka-boneka wayang asal Sunda ini adalah wayang golek Sunda diiringi oleh seperangkat gamelan lengkap dengan pesindennya. Adapun lakon yang sering dimainkan adalah Ramayana dan Mahabarata. Penyebaran wayang golek hampir di seluruh Jawa beber merupakan kerajinan khas Jawa Tengah, khususnya daerah Sragen. Wayang ini merupakan peninggalan zaman Majapahit yang menceritakan kisah Panji Asmara Bangun dengan Dewi Sekar baku pembuatan wayang beber adalah kain pilip yang digambari dengan beberapa adegan lakon. Pada pertunjukan wayang beber, bagian yang menggambarkan lakon itu dibuka dari gulungannya, lalu dalang akan menceritakan kisah yang terlukis dalam setiap adegan saja seni yang meliputi pertunjukan wayang?Apa kisah pertunjukan wayang yang biasanya dibawakan dalang?Apa jenis wayang yang paling populer?AbstrakPertunjukanWayang Topeng di Dukuh Kedungpanjang Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Jawa Tengah merupakan bentuk seni pertunjukan drama tari dengan menggunakan topeng. Pertunjukan ini ada sejak tahun 1896. Cerita yang digunakan dip align="left">Kehidupan masyarakat Jawa yang penuh dengan tradisi mulai mengalami perubahan ketika Islam memasuki pulau Jawa. Para pembawa dan penyebar Islam mencari celah di antara kekuatan animisme dan dinamisme, berbagai saluran dan upaya dilakukan untuk memasukan ajaran Islam masuk ke Jawa, penduduk Jawa sarat dengan kehidupan mistik yang diwujudkan dalam upacara-upacara tradisi pemujaan roh nenek moyang. awal timbulnya wayang erat hubungannya dengan pemujaan roh leluhur yang disebut hyang. Untuk menghormati dan memujanya agar selalu dilindungi dilakukan berbagai cara, salah satu dengan pertunjukan bayang-bayang. Pertunjukan bayang-bayang roh leluhur ini terus dilakukan sehingga menjadi suatu tradisi dalam masyarakat agraris. Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan, merupakan bentuk aktivitas manusia dalam tujuan tertentu, oleh karena itu seni mengkomunikasikan nilai yang mendasari tindakan manusia. Salah satu bentuk kesenian itu adalah pergelaran wayang kulit. Dimana bentuk kebudayaan dari wayang dilambangkan dengan tokoh punakawan. Sedangkan inti pokok dari kebudayaan adalah cipta, rasa dan karsa. bagaimana asal usul kesenian wayang kulit, Pengertian tentang wayang kulit, sejarah fungsi dan peranan Wayang kulit pada masa Walisongo dan masa sekarang. Kata kunci wayang, seni pertunjukan, sejarah wayangttabel 7,712 > 2,262 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil data tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode mendongeng wayang kulit berpengaruh terhadap keterampilan menyimak anak kelompok B di RA As-Sidiq Desa Giriyoso Jayaloka Musi Rawas.... Bentuk dari angan-angan misalnya orang baik, digambarkan badanya kurus, mata tajam, dan seterusnya. Sedangkan orang yang jahat bentuk mulutnya lebar, mukanya lebar, dan seterusnya, sedangkan kulit menunjuk pada bahan yang digunakan Marina Pustpitasri dalam Anggoro, 2018. ... Meidawati SuswandariTujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan upaya untuk menjaga eksistensi wayang suket sebagai identitas budaya Kota Satria. Penulisan ini dilakukan melalui studi pustaka. Obyek penelitian ini adalah wayang suket dan identitas budaya. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penelusuran jurnal-jurnal yang terdapat pada beberapa media elektronik seperti digital library, internet, dengan melalui Google Cendekia. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis anotasi bibliografi annotated bibliography. Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya untuk menjaga eksistensi wayang suket sebagai identitas budaya Kota Satria melalui pelestarian budaya dalam bentuk permainan ular tangga dengan tema wayang, gantungan kunci dibuat dari kulit seperti ingin membuat wayang, tetapi ukurannya lebih kecil, penayangan wayang suket di bioskop, dan peran pemerintah adalah mendukung penayangan wayang dengan membantu menyuplai dana dan membantu sosialisasi kepada masyarakat.... Sebagai warisan budaya, wayang sasak dahulu berfungsi sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama islam di Pulau Lombok Perovinsi Nusa Tenggara Barat. [1]Cerita dalam wayang sasak bersumber dari serat menak yang mengadopsi cerita dari Persia tentang hikayat Amir Hamzah. Selain berfungsi sebagai media dakwah, wayang sasak juga berfungsi sebagai media hiburan yang sering di pentaskan dalam acara syukuran seperti acara pernikahan, hitanan, dan bahkan berkembang sebagai media untuk mengkampanyekan program-program pihak pemeritah maupun swasta, [2] baik program secara pribadi maupun kelompok. ...Lalu Ade SukmajayadiSunardy KasimMuhammad ArfaThe Sasak puppet character as the idea for designing a visual platform game entitled Adventure Of Jayangrana is based on the desire to introduce the Sasak wayang art in the form of games to the younger generation. With this design, it is hoped that the younger generation can get to know the Sasak puppet characters and motivate the younger generation to preserve traditional arts, especially Sasak puppetry as an effort to develop a Sasak culture in contemporary media. The characters in the Sasak puppets are packaged in a contemporary form by adopting them into the form of a platform game visual design entitled Adventure Of Jayangrana. The results of this game's visual concept design are character design, layout design, character animation, and background design. Keyword Game, Platformer, Sasak puppet... Karya seni wayang harus ditempatkan dalam konteks budaya, Wayang disosialisasikan dan dienkulturisasikan secara turun-temurun dari generasi ke generasi, sehingga dengan cara demikian, wayang tetap hidup dan menjadi tradisi Budaya. Anggoro, 2018 dalam artikelnya menyatakan bahwa pagelaran wayang kulit merupakan salah satu bentuk kesenian yang melambangkan tokoh punakawan. Berbeda halnya dengan artikel ini dimana didalam artikel ini membahas bahwa wayang tidak hanya sekedar karya seni tetapi juga sebagai media untuk menyisipkan informasi penting dan menanamkan ajaran tata susila serta memberikan pemahaman tentang nilai-nilai ajaran agama dimana pada artikel ini difokuskan untuk membahas nilai-nilai pendidikan agama Hindu yang terkandung didalam pagelaran wayang kulit yang diselenggarakan pada hari raya Tumpek Wayang. ...I Made Ardika YasaWayang sering dipandang sebelah mata hanya dilihat dari segi seni dan hiburan saja namun dibalik hal tersebut pagelaran wayang sangatlah penuh akan manfaat serta makna simbolis jika dikaji dengan sudut pandang agama Hindu. Didalam pagelaran wayang tidak hanya menampilkan pertunjukkan yang berbau humor saja namun juga menyisipkan nilai-nilai pendidikan agama Hindu, etika, moralitas dan tidak itu saja pagelaran wayang juga sering digunakan sebagai media penerangan masyarakat pada era tahun 90-an dimana pagelaran wayang didalam penayangannya disisipi pesan atau informasi terkait program penting yang akan dilaksanakan oleh pemerintah seperti program Keluarga Berencana KB, pembangunan, pemilihan umum, Koperasi dan lain sebagainya. Pada Era digitalisasi saat ini pagelaran wayang tidak lagi ditayangkan secara konvensional lagi dimana penayanganya di lapangan atau gedung yang hanya dapat dinikmati oleh khalayak yang hadir mengunjungi tempat diselenggarakannya pagelaran wayang tersebut tetapi dapat ditayangkan secara langsung pada media sosial seperti Facebook, youtube, Istagram dan media sosial lainnya sehingga penayangannya dapat diakses oleh khalayak ramai dimanapun mereka berada. Namun terkadang pagelaran wayang tidak mendapat perhatian sebab dianggap sudah usang tidak layak digunakan lagi pada masa sekarang ini, namun realitanya pagelaran wayang merupakan salah satu media penyampaian informasi yang efektif untuk menyisipkan pesan moral, etika ataupun program pemerintah dikala fenomena masyarakat kita yang haus hiburan sangat antusias dalam menghadiri event bernuansa hiburan yang diselenggarakan baik secara online maupun offline.... It has grown with traditional societies in the post-colonial era, the Dutch East Indies Downes, 2012. It even has its place as a medium for preaching in the Walisongo era Anggoro, 2018. Edward Gordon Craig describes wayang as becoming popular in the early 19th century until Richard Teschner adapted it for staging purposes on European stages Cohen, 2007. ...Agus PurwantoroNadia Sigi PrameswariRoziani Binti Mat Nashir Mohd NasirThis study explores the development of innovative wayang craft designs in Magelang, Central Java, Indonesia. This is necessary research because wayang functions as a medium of contextual communication between the puppeteer and an audience by transmitting the values of life through entertainment. However, it is rare to find all-night-long wayang performances currently; there is a considerable probability of this craft going extinct in the next few years. This is a research and development method. The type of research and development uses the ADDIE model. Data collection techniques were carried out through interviews, observations, and documentation of Wayang Godhong. The respondents were tobacco farmers and puppeteers in Magelang City, Central Java Province, Indonesia. The result led to the development of Wayang Godhong design which adopts the structures and shape of tobacco leaves. Despite the use of this leaf, the message âsmoking is violatedâ is boldly written on its body. The researcher also implemented the Wayang Godhong product through a puppet show entitled âSmoking Violatedâ performed on youth and social activists in Magelang Regency. The message from the show is social criticism to the public of the prohibition on smoking in public places, which is still being violated. The results showed that the public accepted the Wayang Godhong performance and positively impacted public knowledge and awareness regarding the prohibition of smoking in public places.... Salah satu kebudayaan di Indonesia yang telah dikenal oleh masyarakat Jawa sejak kurang lebih 1500 tahun yang lalu adalah kesenian wayang. Menurut [1], pada mulanya wayang ini merupakan kebudayaan yang dimainkan dengan bayang-bayang dan dikenalkan oleh orang-orang hindu terhadap kebudayaan Jawa dan digunakan sebagai pemujaan terhadap roh leluhur. Wayang dibedakan menjadi 2 jenis yaitu wayang orang yang diperankan langsung oleh orang dan wayang boneka yang digerakkan oleh seorang dalang. ...The development of technology is inversely proportional to cultural preservation in Indonesia. One of Indonesia's cultures which creates character through the advice and stories is a puppet. But this culture shows less because the devotees have decreased. This makes young people not knowing the names of puppet figures. The introduction of digital images of puppets through the system is very necessary to introduce to the generation of millennial children, bearing in mind that at this time people are familiar with the technology. This recognition is through the image classification of puppet figures with classification algorithms that have been trained previously with puppet images that have been labeled before. To recognize various puppet figures well, a good model is needed. The quality of the model can be measured by the accuracy, precision, and recall variables in the model testing. Several factors influence the formation of the model, including the rise of the dataset, number of iterations epoch in learning, and of course the treatment of data before it is used in the process of forming the model. This study used 400 datasets which are divided into 4 classes which will be trained using CNN Convolutional Neural Network algorithm to produce a model. Based on the results of experiments obtained the best accuracy of 97%, 93% precision, and 87% recall by applying a combination of augmentation, changing the image to grayscale in preprocessing stage, the use of 8020 dataset ratio and 100 epoch is a very significant effect in increasing accuracy. Abstract-Semakin berkembangnya teknologi berbanding terbalik dengan perkembangan pelestarian kebudayaan di Indonesia. Salah satu kebudayaan Indonesia yang bermanfaat membentuk karakter melalui nasihat dan cerita di dalamnya adalah wayang. Akan tetapi kebudayaan ini semakin jarang terlihat pertunjukkannya dikarenakan peminatnya telah berkurang. Hal tersebut mengakibatkan anak-anak muda tidak mengenal nama tokoh-tokoh pewayangan. Pengenalan citra digital tokoh pewayangan melalui sistem sangat diperlukan untuk mengenalkan kepada generasi anak milenial, mengingat saat ini masyarakat telah terbiasa dengan teknologi. Proses pengenalan ini melalui proses klasifikasi citra tokoh wayang dengan algoritma klasifikasi yang telah dilatih sebelumnya dengan data-data citra wayang yang telah diberi label sebelumnya. Untuk dapat mengenali berbagai tokoh wayang dengan baik dibutuhkan model yang baik. Kualitas model dapat diukur dengan variabel akurasi, presisi dan recall pada proses pengujian model. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan model, diantaranya adalah raiso pembagian dataset, jumlah perulangan epoch dalam pembelajaran dan tentunya perlakuan terhadap data sebelum digunakan dalam proses pembentukan model. Pada penelitian ini digunakan dataset sebanyak 400 data yang terbagi ke dalam 4 kelas yang akan dilatih menggunakan algoritma CNN Convolutional Neural Network untuk menghasilkan model. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan didapatkan akurasi terbaik sebesar 97%, presisi 93% dan recall sebesar 87% dengan menerapkan kombinasi augmentation, mengubah citra menjadi grayscale pada tahap preproccessing, penggunaan rasio dataset 8020 dan epoch sebesar 100 sangat berpengaruh signifikan dalam meningkatkan nilai akurasi.... Wayang tidak hanya sebatas dijadikan sebagai media komunikasi untuk memahami kehidupan, namun juga dijadikan sebagai simbolisme pandangan hidup yang tertuang dalam alur cerita yang ditampilkan. Wayang ialah kategori pertunjukan menggunakan bayangan yang melambangkan sifat perwatakan manusia dan mengandung nilai filosofis, pedagogis, historis, dan simbolis Anggoro, 2018. Pada hakekatnya seni pewayangan mengandung konsepsi yang dapat dipakai sebagai pedoman sikap dan perbuatan dari kelompok sosial tertentu. ...... TPA Punakawan ini memadukan pembelajaran agama dan budaya melalui media wayang. Wayang sebenarnya telah digunakan oleh Walisongo untuk mendakwahkan Islam di tanah Jawa Anggoro, 2018. Adapun pemilihan tokoh Punakawan karena memiliki karakter tokoh yang berbeda-beda yang dapat menggambarkan beberapa akhlak mulia seperti bijaksana, dapat dipercaya, jujur, panjang akal, luas nalar, berperilaku tenang, serta berani menghadapi segala keadaan dan permasalahan rumit, dan pernah digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam mendakwahkan Islam. ...Raden Muhammad RidhwanMuhammad Willian SusiloEka Bimasakti Sugito SugitoAbstrak Pengabdian kepada masyarakat ini bermula dari permasalahan tidak aktifnya Taman Pendidikan Al Qur'an TPA di Masjid At Taqwa, Desa Temuwuh Lor, Kabupaten Sleman yang disebabkan oleh rendahnya minat anak untuk belajar, rendahnya kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan agama bagi anak, dan kurang aktifnya para pengajar. Melihat pentingnya TPA sebagai sarana pengembangan kecerdasan spiritual anak dan pentingnya kesadaran anak akan kearifan lokal dari budaya wayang, maka kami berinisiatif membentuk "TPA PUNAKAWAN" yang bertujuan untuk meningkatkan minat anak dalam belajar agama dan budaya di TPA sehingga dapat meningkatkan kecerdasan spiritual yang berbasis agama dan kearifan lokal. Dengan menggunakan metode pemberdayaan partisipatif yang bermitra dengan takmir masjid dan remaja masjid At Taqwa Temuwuh Lor, pengabdian masyarakat ini berhasil melaksanakan serangkaian kegiatan yang meliputi penyuluhan untuk orang tua santri, pelatihan bagi pengajar TPA, pengajaran di TPA dengan menggunakan modul pembelajaran dan media wayang serta permainan tradisional, melengkapi sarana TPA dengan Pojok Budaya, dan menjaga keberlanjutan program dengan terbentuknya pengurus TPA Punakawan. TPA Punakawan telah berhasil meningkatkan minat belajar anak ke TPA dan meningkatkan pemahaman agama serta kearifan lokal yang ada dalam wayang Punakawan. Venny EkowatiDarmiyati ZuchdiPenelitan ini bertujuan untuk menganalisis aliran filsafat pendidikan yang terdapat dalam buku ajar bahasa Jawa âPustaka Basaâ untuk kelas VIII SMP. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analisis konten inferensial. Prosedur analisis konten yang dilakukan adalah 1 pengadaan data, 2 reduksi data, 3 inferensi dengan berusaha sebaik mungkin agar tidak mengurangi makna simboliknya dan menggunakan konstruk analitis, dan 4 analisis data. Analisis data menggunakan analisis kualitatif ranah konseptual. Validitas data menggunakan validitas semantis sedangkan reliabitiasnya menggunakan test-retest reliability. Hasil penelitian menunjukkan adanya enam aliran filsafat dalam sumber data, yaitu 1 perenialisme, 2 esensialisme, 3 progresivisme, 4 realisme, 5 eksistensialisme, dan 6 humanis religius. Study of educational philosophy in the Javanese text book âAjar Basaâ for class VIII junior high school AbstractThis research aims to analyze the educational philosophy contained in the Javanese textbook "Ajar Basa" for class VIII SMP. This research uses inferential content analysis research design. The content analysis procedures performed are 1 data procurement, 2 data reduction, 3 inference by trying as best as possible so as not to reduce its symbolic meaning and using analytical constructs, and 4 data analysis. Data analysis uses qualitative conceptual analysis. Data validity uses semantic validity while reliability uses test-retest reliability. The results showed six philosophical streams in the data source, namely 1 perennialism, 2 essentialism, 3 progressivism, 4 realism, 5 existentialism, and 6 religious humanists. Syafieh SyafiehM. AnzhaikanThis article aims to discuss the root of the discourse of religious moderation in various religious traditions in Indonesia. As a multicultural country with diverse ethnicities, races, religions, and cultures, religious tolerance is significant for maintaining religious harmony. Recently, the Indonesian government is greatly promoting and mainstreaming religious moderation programs to prevent any political tension and conflicts among religious groups. The governmentâs idea of religious moderation is seen as not accommodating all of the religious beliefs held by the Indonesian people. In this regard, this article examines how the language of religious moderation has evolved in each of various Indonesiaâs religious traditions. Islam, Hinduism, Buddhism, Catholicism, Protestantism, and Confucianism are the official religions recognized by the state. Using discourse analysis, this study concludes that all the established religions in Indonesia essentially share the same notion of religious moderation, yet it is articulated in different terms. Wiwik SetiyaniMasitah EffendiSodik Okbaevich YuldashovThe Sawangan community is one of the references in building harmony between religious people. Local Traditions have made it a symbol of community identity as well as a unifying relationship between religions. This article will explain the local traditional values of the Sawangan community. The research method was carried out by in-depth interviews. Peter L. Berger's theory becomes an analytical tool in finding the process of internalizing local traditions in a plural society. The object of the research was carried out at the Sawangan Magelang location. The research finding is that the diversity of the community can inspire because, from upstream to downstream, there are synergies in building communities through local traditions. Friction between communities can be addressed quickly and responsively. People get comfort in carrying out activities through various cultural arts activities. Various religious backgrounds are united in the frame of local traditions as well as become the glue between the people. Local traditions internalize in society to create a peaceful society that is tolerant of all religions and beliefs. The spirit of togetherness fosters empathy and sympathy to complement each other in their work so that local traditional values have internalized the Sawangan MardhinaPendidikan merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan bagi kehidupan manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Salah satu pendidikan dasar yang wajib diajarkan adalah pelajaran Bahasa Jawa. Akan tetapi, banyak dari peserta didik yang menganggap bahwa pelajaran Bahasa Jawa itu sulit untuk dimengerti bahkan untuk dipahami. Terutama pada materi cerita wayang. Karena banyak dari peserta didik yang menganggap bahwa cerita wayang itu rumit, baik dari penokohan, makna hingga alur ceritanya. Di era digital seperti ini pula, tuntutan untuk menampilkan suatu hal menjadi lebih menarik dan mengikuti perkembangan zaman adalah sebuah keharusan. Dalam konteks permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, yang dimaksud dengan mengikuti perkembangan zaman adalah bagaimana seorang pendidik dapat mengajarkan materi pembelajaran itu sesuai dengan abad 21. Dalam hal ini akan dikembangkan media pembelajaran cerita wayang berbasis komik secara online. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Research and Development RnD. Metode ini digunakan untuk menghasilkan salah satu produk, yakni media pembelajaran wayang berupa komik online. Penelitian ini menjelaskan mengenai proses tahapan pembuatan media pembelajaran wayang berupa komik online. Langkah pembuatan media tersebut yakni dengan observasi, desain media, pembuatan media, dan validasi/evaluasi media. Selain itu dalam penelitian ini dijelaskan pula mengenai kelebihan dan kekurangan media InayatillahKamaruddin KamaruddinM. Anzaikhan M. AnzaikhanIndonesia is a multicultural country consisting of various religions and ethnic groups. This diversity is unlikely to last long if the concept of Islamic teaching is filled with an exclusive and radical understandings. Moderate in Indonesia is known as religious moderation or Islam Wasathiyah which is understood as a concept of religious understanding that positions itself in the middle or has a middle stand. Moderate Islam in Indonesia came along with the teachings of Islam in the 13th century. According to historians, the content of Islam entering Indonesia has experienced moderation so that it is different from the Islamic teachings in Mecca and Egypt at that time. Yet, it is this difference that made Islam in Indonesia survived and turned to be the dominant religion in the archipelago. The history of moderate Islam in Indonesia begins with the Sufis in Aceh, followed by Walisongo in Java, public figures and Islamic organizations during the fight of independence, and authorities of the Ministry of Religious Affairs in the present days. This article is a result of a library research conducted in a qualitative approach. The method used for study is descriptive analysis toward recent relevant sources within the last 3 years. The result of study showed that the history of moderate Islam in Indonesia historically moves from essential dimension to authoritative one. The essential dimension covers moderate Islam in terms of Islam Wasathiyah middle stand values in various persuasive approaches. Whereas authoritative dimension is referred to the time moderate Islam is taken into the formal forms government programs called âReligious Moderationâ. This further penetrates the content of education and feature of national DzikriyahSidik FaujiThe role of Kiai Syakirun in spreading Islam using the wayang kulit as media demonstrated a fairly exciting method. Every Wayang Kulit performance conducted by Kiai Syakirun conveyed meaningful messages, especially regarding religious, social, and cultural life. In his performance, every wayang movement showed a positive message. This spectacular performance lies because the Islamic values and practices used by Kiai Syakirun are more easily captured by the public. In this study, the authors used historical research methods consisting of heuristics, verification, interpretation, and historiography. The theory used in this research is the theory of cultural and religious relevance. The results of this study are in the process of preaching in Tipar Village, Kec. Rawalo, Kab. Banyumas, Kiai Syakirun using shadow puppet media. He recites Quranic verses echoed with songs and explain the wayang characters depicted in human life. Kiai Syakirun's role in spreading Islam in Tipar Village is very influential within his neighborhood. As Kiai Syakirun's influence gradually increased, inhabitants in his community abandoned their customs, such as worshiping trees and eating wild boars as side dishes. All their habits are abandoned and replaced by worship, praying and, reciting the Koran, eating by relying on natural products such as vegetablesSiska Dyah PertiwiCindy TaurustaMohammad SuryawinataYulian FindawatiIndonesia has a very diverse culture. As in Java, many people still use Javanese language and have their own special art namely wayang. Many people now do not know about who the puppet characters, education has an important role to develop the potential and character of children. Fun learning media is needed by students. This research uses library study methods and interview to elementary school teachers. This game covers Javanese language subjects in grade 3-5, especially discussing material about puppet characters. Materials used under the 2013 Curriculum. This game has 3 level stages. In each game, players must collect 3 puppet after which the player will get the final score and also information about the puppets material adjusted to the level of Class. Also conducted 4 test with an average percentage of 98% and get a good response. Reno WikandaruLasiyo LasiyoSuminto A. SayutiThis study aims to find and critically analyze the first principle of harmony in the wayang performanceâs concept of pathet. The wayang performanceâs concept of pathet as a material object which is analyzed from the perspective of the ontology as a formal object. The methodical elements of the study used include interpretation, induction, and deduction, internal coherence, holistic, historical continuity, idealization, comparison, heuristics, inclusive or analogous language, and description. The results of the study indicate that pathet is a concept that has an important position in the performance of wayang. Philosophically, pathet has many function and meaning. First, pathet is a representation of the structure of wayang performances. Second, pathet is the reference to the sound space in musical instruments. Third, pathet is the atmosphere builder or atmosphere of wayang performances. Fourth, pathet is a guide to the mastermind in building the aesthetic of wayang performance. Pathet, in addition, to have a function also consist of philosophical meaning. First, pathet as an aesthetic manifestation in puppet shows. Second, pathet is a symbol of the stages in human life. Third, pathet as a representation of the cosmic cycle. The investigation of pathet from the perspective of ontology yields the following conclusions. First, the concept of pathet is a representation of the concept of harmony in wayang performance. âRasaâ is the first principle of harmony in the wayang performanceâs concept of pathet. This ârasaâ has a spiritual dimension so that the ontology of harmony, in this case, is spiritualism. The dynamics of harmony moves with the law of âempan papanâ, towards the ultimate goal of reality, namely the perfection of life. Ontology of harmony in the pathet of wayang performances shows monistic-spiritualistic Kebudayaan Indonesia. Jakarta PT Raja Grafindo PersadaMuklis PaeniPaEni, Muklis. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta PT Raja Grafindo Kulit sebagai media penyebaran agama IslamMarina PuspitasariPuspitasari, Wayang Kulit sebagai media penyebaran agama Islam. SurakartaUNS.
Tumbuhkembang sastra pertunjukan tradisional memang terkesan lambat berjalan. Beberapa diantaranya mampu bertahan hingga merangkul pada generasi muda seperti Lenong (Jakarta), Ludruk (Jawa Timur), Gelipang(Probolinggo), Wayang Kulit(Jawa Tengah), dan sebagainya. Para penikmat dan peminat dari pertunjukan ini masih tergolong cukup banyak.
Wayang sebagai kesenian bersifat dinamis dan akan terus bertahan karena wayang dianggap memberikan nilai-nilai kehidupan yang tidak lekang oleh itu disampaikan oleh Sinarto Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim kepada Radio Suara Surabaya, Minggu 7/11/2021. Menurutnya, dikarenakan wayang menggambarkan karakter manusia yang dari dulu hingga sekarang, masih relevan.âLebih serius lagi, wayang itu sebagai karakter manusia. Misalnya Werkudoro itu wataknya manungso manusia. Kalau mau adil ya lihat Werkudoro. Kalau jahat ya bisa lihat Sengkuni,â kata Sinarto yang juga berprofesi sebagai sejak dulu, dalam pementasan wayang, banyak sekali nilai-nilai kehidupan yang diceritakan. Mulai dari kehidupan ekonomi, sosial, visi kepemimpinan, politik hingga tak jarang jika cerita wayang bisa disesuaikan dengan permintaan si penanggap penyelenggara acara. Contohnya, pertunjukan wayang yang ditanggap oleh orang untuk acara pernikahan, biasanya akan meminta cerita dan lakon dari cerita kehidupan pernikahan dan rumah tangga. Tujuannya, agar wayang tak berhenti menjadi seni hiburan semata, tetapi juga ingin memberikan nilai-nilai, sekaligus pesan-pesan kepada mereka yang punya seorang dalang juga bisa membuat tokoh dan karakter wayang yang baru, agar cerita yang ditampilkan lebih relevan dengan zaman sekarang. Karena jika wayang dihadirkan sebagai spirit internal, maka wayang dapat bertahan sampai kapanpun.âWayang bisa digambarkan seperti zaman sekarang. Seperti Ki Kenthus yang membuat wayang-wayang baru, saat saya tanya katanya karena kelakuan orang-orang sekarang kayak giniâ,â ceritanya.âFilosofisnya, siapapun bisa masuk paham. Seni rupanya siapapun boleh membuat yang terbaru, namanya wayang kok. Tidak perlu seperti ini salahâ,â dalang harus bertanggung jawab atas cerita apa yang akan dipertunjukkan. Apakah cerita pewayangan akan memberikan nilai-nilai kehidupan yang baik, atau melihat, eksitensi kesenian wayang di Jawa Timur masih ada hingga saat ini. Bahkan sejak dihantam pandemi Covid-19, geliat pertunjukan wayang berangsur-angsur banyak penanggap yang menggelar wayang secara virtual, namun jumlahnya terus naik. Mulai dari sebuah organisasi, lembaga hingga persorangan.âYang nanggap ini sudah ada perorangan. Dulu yang mendahului kan organisasi, lembaga-lembaga, industri, pabrik. Setelah itu perorangan seperti acara kawinan,â kata si dalang melakukan pertunjukan dari rumah, lalu ditonton oleh para penanggap dan para tamu undangan. Di sana, dalang bisa menambah inovasi dengan memberikan salam-salam untuk para tamu.âDalang juga memberikan salam ke tamu-tamu dari tuan rumah, kasih kesempatan buat nyawer dan diputar berulang-ulang,â menyebut, pertunjukan wayang secara virtual juga lebih menekan biaya operasional karena pertunjukan digelar di rumah dalang.tin/issOhiyah teman-teman kenapa kesenian di Winduraja ini memakai nama "Nyengsol". Apakah ada maksud atau arti dari "Nyengsol" tersebut, menurut ketua kelompok karinding Nyengsol Atus Gusmara mengatakan kepada para netizen đ, bahwa Nyengsol memang mengandung arti, karena Nyengsol adalah singkatan dari " Nyungsi Eusi Ngaguar Seni Olah Laras" maksudnya adalah mencari isi seni jaman
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Indonesia memiliki banyak tradisi dan budaya yang beragam, bermakna, dan unik. Hal ini menjadi tidak heran apabila banyak Indonesianist yang akhirnya penasaran dan membuat riset mengenai budaya Indonesia. Pembahasan kali ini akan didasari salah satu teori yaitu kajian budaya atau cultural studies. Kajian budaya ini merupakan teori yang mendalami konteks keadaan dan kondisi dalam suatu budaya. Hal ini akan sesuai pada pembahasan terkait pertunjukkan wayang dalam menghadapi konteks global dan budaya Pemuda yang pastinya mengalami banyak perspektif baru dan kondisi serta keadaan yang satunya seperti riset yang ditulis oleh Matthew Isaac Cohen dengan judul "Contemporary Wayang in Global Contexts". Matthew Isaac Cohen sudah belajar wayang kulit di jawa hampir 6 tahun lamanya. Pada penelitiannya Cohen menjelaskan tentang bagaimana wayang ditempatkan dalam konteks global yang dimulai pada masa kolonial. Hal ini sangat menarik sebab dari risetnya dapat diketahui sudut pandang budaya wayang di negara luar. Hal ini terlihat dari penjelasan Cohen bahwa pada awal abad 20, wayang juga akan menginspirasi praktisi teater Eropa dan Amerika Cohen, 2007, h. 340. Jadi, tidak heran bagi kita bagaimana wayang mampu berkembang di negara risetnya, Cohen menceritakan salah satu penggemar wayang terbesar di Eropa yang Bernama Edward Gordon Craig yang mengambil fokus masalah yang cukup menarik. Craig mengecam para philologists karena menggambarkan konstruksi wayang tanpa mengacu pada teater fungsionalitas angka terutama gambaran awal Raffles tentang wayang dalam The History of Java Cohen, 2007, h. 342. Hal ini tentu memberi informasi baru yang konteksnya di luar Indonesia tentang bagaimana mereka mengambarkan konstruksi wayang. Cohen juga menjelaskan bagaimana Pandam didorong untuk melakukan pertunjukkan wayang di Amerika Serikat sebagai cara mengkomunikasikan tentang budaya Jawa. Alhasil, Padam berkolaborasi dengan James Brandon untuk memproduksi pertunjukkan wayang kulit dengan mahasiswa Brandon teater asia bahkan bekerja sama dalam meluncurkan buku yang diterbitkan oleh Harvard University Press as On Thrones of Gold Cohen, 2007, h. 352 . Hal ini mengagumkan terkait pertunjukan wayang kulit yang mampu menarik minat di luar Indonesia hingga diterbitkan dalam bentuk buku. Cohen 2007, h. 362 menjelaskan bahwa sampai sekarang masih banyak performers luar Indonesia dengan pengetahuan praktis dan mendalam tentang wayang Jawa dan Bali bahkan tradisi wayang telah diangkut dan ditransformasikan ke luar Indonesia. Riset yang diteliti Cohen ini sangat memberikan pengetahuan luas tentang wayang dari berbagai sudut pandang dunia kepada kita. Cohen membawakan riset ini dengan menarik karena mengkaitkan berbagai perspektif terutama dalam mendalami kondisi serta keadaan seperti dasar teori kajian budaya dan sejarah tentang wayang bahkan penyebarannya ke luar satu riset yang menarik lainnya tentang wayang yang dianalisis oleh Indonesianist bernama Miguel Escobar Varela yang membahas tentang wayang Hip Hop. Hal ini menjadi menarik karena dalam risetnya, ia membahas bagaimana salah satu tradisi pertunjukan tertua di Jawa yaitu Wayang bertemu budaya pemuda wayang Hip Hop yang dianalisis Miguel Escobar Varela menjelaskan pro dan kontranya masing-masing mengenai Wayang Hip Hop. Pada risetnya dijelaskan bahwa perpaduan wayang dan hip hop ini bertujuan untuk menyesuaikan perubahan sosial budaya yang cepat tetapi tetap melestarikan dan tidak menghilangkan aspek etika dan estetika Jawa dalam pertunjukan wayang ini. Hal ini dianggap untuk membangun interaksi secara sengaja dan canggih dari warisan jawa dan musik pemuda global. Wayang hip hop ini juga lebih mengeksplorasi masalah kontemporer dengan penonton dibandingkan pencarian spiritual para pangeran wayang tradisional, tetapi tetap mengandalkan pengetahuan budaya penonton. Wayang hip hop berdasarkan riset ini dinilai mampu menyesuaikan diri dengan berbagai pengaturan penampilan Varela, 2014. Oleh karena itu, Riset yang ditulis Miguel Escobar Varela tentang wayang hip hop ini terasa bagaimana tradisi pertunjukan seperti wayang digabungkan dengan pertunjukan musik di zaman modern dalam rangka untuk menyesuaikan perubahan tanpa melupakan tradisi wayang tersebut. Varela kembali menjelaskan bahwa wayang Hip Hop banyak mendapatkan kontra dan kritikan. Tertulis dalam risetnya bahwa direktur lokal asosiasi wayang Indonesia mengatakan bahwa karakter wayang yang berada dalam lingkup spiritual tinggi, tetapi ketika diwakili dengan Hip Hop, unsur keindahan dan nilai moral tidak ada. Kritik lainnya yang didapatkan adalah bahwa penampilan mereka digambarkan dengan bentuk yang dangkal dan 'mutilasi brutal' Varela, 2014. Bahkan banyak pencinta wayang justru takut bentuk pertunjukan asli wayang memudar menjadi budaya anak muda. Kritikan ini tentu sangat relevan karena budaya dan tradisi asli perlu dipertahankan ketika menghadapi perubahan dua riset tersebut yang dibawakan oleh Matthew Isaac Cohen dan Miguel Escobar Varela tentang salah satu kultur Indonesia berupa Wayang memberikan sejumlah sudut pandang baru. Kedua riset ini dapat saling melengkapi satu sama lain. Hal ini karena dari riset Cohen mampu menjelaskan bagaimana budaya wayang dalam konteks dunia, sedangkan pada riset Varela memberi pengetahuan bagaimana tradisi wayang menghadapi budaya yang 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
Pertunjukanjenis wayang ini mirip seperti pertunjukan theater musikal yang mengangkat cerita Ramayana dan Mahabarata. Adanya wayang orang karena terinspirasi dari seni drama yang berkembang di Eropa. Wayang orang pertama kali muncul pada abad ke-18 di Solo yang merupakan penampilan dari KGPAA Mangkunegoro 1. Sampai saat ini, pertunjukan wayang
Sebelum datangnya pengaruh HinduâBuddha dan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah mengenal kehidupan religius yang dijadikan pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam kehidupannya. Hampir setiap kegiatan selalu dilandasi dengan upacara religius, baik dalam kegiatan mata pencaharian, adat istiadat perkawinan, tata cara penguburan, selamatan-selamatan Jawa=slametan, maupun dalam kehidupan lainnya. Mereka patuh menjalankan pranata-pranata yang berbau religius dan magis tersebut karena mereka beranggapan bahwa apabila terjadi pelanggaran akan mendapatkan kutukan dari arwah nenek moyang yang dampaknya akan mendatangkan bencana terhadap warga masyarakatnya. Tradisi kehidupan religius ini semula bentuknya masih sangat sederhana sebelum pengaruh HinduâBuddha merupakan tradisi lokal sehingga ketika pengaruh HinduâBuddha masuk ke Indonesia, tradisi lokal ini tidak musnah melainkan justru makin berkembang. Hal ini dikerenakan pengaruh HinduâBuddha juga menyesuaikan dengan kehidupan masyarakat setempat, hanya saja cara-cara dan upacara religusnya bersumberkan pada ajaran HinduâBuddha. Demikian juga ketika pengaruh Islam masuk juga ikut mewarnai kehidupan tradisi-tradisi yang ada di Indonesia. Segala aktivitas kehidupan masyarakat yang menganut agama Islam, bersumber pada ajaran agama Islam. Dengan demikian dari masa Purba sampai dengan masuknya pengaruh Islam, kehidupan tradisi-tradisi tersebut masih tetap berlangsung dan mendapat tempat sendiri-sendiri di kalangan masyarakat sesuai dengan kondisi daerah dan tingkat kepercayaan masyarakat yang bersangkutan. Bentuk-bentuk perpaduan antara tradisi lokal, HinduâBuddha, dan Islam di dalam kehidupan masyarakat, antara lain sebagai berikut. 1. Pertunjukan Wayang Salah satu bentuk tradisi warisan nenek moyang kita ialah pertunjukan wayang yang mampu bertahan berabad-abad lamanya dan mengalami perubahan serta perkembangan sampai dengan bentuknya yang sekarang. Fungsi pertunjukan wayang sepanjang perjalanan sejarahnya tidaklah tetap dan bergantung pada kebutuhan tuntutan. Pertunjukan wayang pada mulanya merupakan upacara pemujaan arwah nenek moyang. Setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk maka pertunjukan wayang mengalami perkembangan. Pertunjukan wayang kemudian banyak menyadur dari pengaruh Hindu-Buddha dengan mengambil cerita dari Mahabarata dan Ramayana. Ketika pengaruh Islam masuk, pertunjukan wayang makin berkembang dan bersumberkan pada ajaran agama Islam. Para Wali Sanga, khusus Sunan Kalijaga menggunakan pertunjukan wayang sebagai media dakwah. Jadi, pertunjukan wayang di samping sebagai sarana pendidikan, komunikasi, dan hiburan rakyat juga digunakan untuk menyebarkan agama Islam. Bahkan, sampai zaman modern sekarang ini dengan berbagai peralatan yang canggih, pertunjukan wayang masih tetap eksis sebagai sarana pendidikan, hiburan, dan komunikasi yang efektif untuk menunjang pembangunan. Catatan Jenis wayang, antara lain wayang kulit, wayang orang Jawa = wong, wayang klithik, wayang gedhog, wayang golek, dan wayang beber. Perlengkapan untuk pertunjukan wayang, antara lain dalang, warangggana pesinden, blencong lampu, kotak tempat wayang, kepyak, gamelan, rebab, dan suling. 2. Upacara Penguburan Adat dan tata cara penguburan di Indonesia berbeda di setiap daerah sehingga banyak sekali ragamnya. Hal ini wajar mengingat bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa, agama, dan kepercayaan dengan adat istiadat yang berbeda pula. Ada berbagai cara perawatan jenazah selain penguburan, misalnya jenazah dibakar dikremasi, dibiarkan hancur di alam terbuka, atau disimpan di bangunan khusus dan sebagainya. Ada yang menentukan jenazah segera dikuburkan pada hari kematian seperti yang dilakukan di kalangan penganut agama Islam. Ada juga yang mengharuskan orang menanti berminggu-minggu, bahkan bulanan sebelum jenazah dikuburkan. Dalam hal ini upacara penguburan mempunyai beberapa tahapan. Suatu upacara biasanya disertai dengan mengorbankan sejumlah hewan ternak sesuai dengan tingkat sosial ekonomi pada masyarakatnya. Adat penguburan seperti ini dikenal pada suku Nias, Batak, Sumba, dan Toraja. Penyelenggaraan adat kematian dan upacara penguburan seperti itu menelan biaya yang besar sehingga beban itu dipikul oleh segenap keluarga dan dibantu oleh para tetangganya. Berbagai adat dan tatacara penguburan yang ada di Indonesia , antara lain sebagai berikut. a. Tradisi Penguburan Suku Toraja Menurut kepercayaan suku Toraja, jika seseorang meninggal untuk masuk ke alam baka diselenggarakan upacara sesuai dengan kedudukan di masa hidupnya. Itulah sebabnya penguburan orang terpandang selalu diselenggarakan secara besar-besaran dengan upacara lengkap dan disertai menyembelih kerbau dan babi hingga puluhan ekor jumlahnya. Kuburan orang Toraja berupa lubang yang dipahatkan pada dinding batu di lereng gunung yang terjal. Dengan meniti tangga bambu sederhana yang disandarkan di tebing empat sampai dengan enam orang membawa peti itu merayap ke atas menuju liang kubur yang telah disiapkan. Sesampainya di lubang kubur jenazah diletakkan dalam posisi berdiri dengan wajah menghadap lembah yang indah. b. Pada Masyarakat Purba Sebelum terkena pengaruh HinduâBuddha maka adat dan tata cara penguburan orang meninggal sangat sederhana, yakni mayat hanya diletakkan di peti mayat atau kubur batu. Untuk tokoh masyarakat atau kepala suku sebagai orang yang dihormati dan disegani dibuatkan arca atau tugu sebagai peringatan yang dikenal dengan istilah arca nenek moyang. Untuk selanjutnya muncullah tradisi pemujaan terhadap roh nenek moyang. c. Upacara Ngaben Pada zaman HinduâBuddha banyak upacara adat yang kemudian dikombinasikan dengan upacara keagamaan. Pada masyarakat Bali yang sebagian besar rakyatnya menganut agama Hindu, upacara kematian didasari oleh kepercayaan bahwa manusia yang mati dapat menitis kembali. Untuk mempercepat proses kesempurnaan jasad orang yang meninggal maka jenazah harus dibakar. Upacara pembakaran mayat tersebut dikenal dengan nama Ngaben. Setelah pembakaran selesai, abu mayat dihanyutkan dalam sungai atau laut. d. Masyarakat Jawa Pada masyarakat Jawa yang sebagian besar beragama Islam, upacara adat kematian dan penguburan masih diwarnai oleh tata cara Hindu, Buddha, dan kebudayaan asli kejawen. Sebagian penduduk yang menganut ajaran Islam Muhammadiyah menghilangkan tata upacara selain yang diajarkan dalam agama Islam. Namun, secara umum campuran berbagai tata upacara itu masih berlaku sampai sekarang. Seperti halnya pada kelahiran, khitanan, dan perkawinan maka pada kematian pun tata cara upacara diikuti rangkaian selamatan dan sesaji. Misalnya, pada hari kematian disebut hari geblag, selanjutnya sesaji terus diadakan pada hari ketiga nelung dina, hari ketujuh mitung dina, hari keempat puluh matang puluh dina, hari ke seratus nyatus, satu tahun mendak pisan, dua tahun mendak pindo, dan seribu hari nyewu. Pada setiap upacara selamatan dilakukan tahlilan atau pemanjatan doa untuk memohonkan ampun bagi orang yang telah meninggal. 3. Upacara Labuhan Tradisi upacara labuhan dilaksanakan setiap tahun sekali oleh kerabat Keraton Yogyakarta yang biasanya dilaksanakan pada hari penobatan dan pada waktu ulang tahun penobatan raja tingalan dalem. Upacara labuhan diselenggarakan di empat tempat yakni di Parangkusumo, Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Dlepih. Hal ini dilatar belakangi bahwa tempat-tempat tersebut pada zaman dahulu digunakan oleh raja-raja Mataram untuk bertapa dan berhubungan dengan roh halus. Upacara ini merupakan tradisi turun temurun sejak Mataram di bawah pemerintahan Panembahan Senopati sampai sekarang. Catatan Labuhan adalah upacara mengirimkan melabuh barang-barang dan sesaji ke tempat-tempat yang dianggap keramat dengan maksud sebagai penolak balak dan untuk keselamatan masyarakat. 4. Tradisi Garebeg dan Sekaten Garebeg atau anggerebeg berarti pengawalan terhadap seorang pembesar yang penting, seperti seorang raja. Pada upacara tersebut Raja Yogyakarta dan Raja Surakarta menampakkan diri di Sitinggil dan dikelilingi oleh pengikut-pengikutnya kerabat-kerabatnya yang berada di Pagelaran untuk memberikan penghormatan kepada penguasa. Upacara Gerebeg dilakukan tiga kali setiap tahun oleh Keraton Yogayakarta dan Keraton Surakarta, yaitu pada hari kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam. Gerebeg Maulud pada tanggal 12 Maulud, hari raya Idul Fitri Gerebeg Pasa pada tanggal 1 Syawal dan hari raya Idul Adha Gerebeg Besar pada tanggal 10 Besar. Dari tiga Garebeg tersebut yang terbesar ialah Garebeg Maulud yang kemudian dirangkaikan dengan Sekaten. a. Garebeg Maulud Gerebeg maulud adalah pesta yang diadakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam pada tanggal 12 Rabiul Awal. Dalam hal ini ada tiga macam perayaan, yaitu, Sekaten pasar malam, upacara Sekaten itu sendiri, dan Garebeg Maulud. b. Perayaan Sekaten Sekaten adalah perayaan yang berbentuk pasar malam yang biasanya berlangsung selama 1â2 minggu, bahkan 1 bulan sebelum upacara Gerebeg Maulud dilaksanakan.
Wayangbambu tersebut diciptakan dari bambu, lebih akuratnya dari ranting bambu bagian dalam. karena yang bisa menanggap wayang adalah orang terpandang, dan mampu menyediakan biaya besar. Wayang juga menanamkan solidaritas sosial, sarana hiburan, dan pendidikan. Cina kaya akan seni pertunjukan wayang yang sampai sekarang masih hidup di
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Permasalahan wayang kulit terancam punah akhir-akhir ini muncul melalui media massa. Dunia seni wayang kulit Indonesia kini menghadapi problem yang serius. Bukan terkait jumlah dalang, tapi jumlah penonton kian lama kian menyusut. kalau dari segi jumlah dalang, kita mencukupi. Kita mempunyai perguruan tinggi yang mempunyai jurusan pedalangan, sanggar wayang di seluruh Indonesia. Saat ini jumlah dalang hampir 2000-an, tapi penonton makin sedikit Suparmin Sunjoyo, 2012. Kami sangat prihatin akan kondisi ini, wayang yang merupakan warisan budaya dari nenek moyang kita, yang seharusnya kita jaga dan lestarikan malah ditinggalkan. Oleh karena itu kami mengangkat tema Perkembangan Wayang hingga Saat IniBerdasarkan sejarah, wayang sudah ada sejak Jawa Kuno sebelum agama Hindu masuk. Diperkirakan pertunjukan wayang pada awalnya sebagai pemujaan roh leluhur. Menurut Hazeu, masyarakat Jawa Kuno sering menghormati arwah nenek moyang dengan membuat gambar yang menyerupai bayangan nenek moyang. Gambar "dijatuhkan" pada kelir yang dilakukan oleh seorang shaman atau disebut dalang pada jaman sekarang Soetarno dan Sarwanto, 2010 5-7. Kesenian wayang sudah ada sekitar 1500 SM, pada perkembangan berikutnya masuklah kisah Mahabarata dan Ramayana dari pengaruh Hindu. Lambat laun mengalami asimilasi yang sempurna sehingga membentuk kultur baru sebagai Mahabarata Jawa, yang sekarang dikenal dengan sebutan wayang kulit purwa Wahyudi dalam Haryono, 2009 53. Selama berabad-abad, budaya wayang berkembang menjadi beragam jenis. Kebanyakan jenis-jenis wayang itu tetap menggunakan Mahabarata dan Ramayana sebagai induk ceritanya. Jika pada masa klasik wayang hanya terdapat beberapa varian, pada masa modern ini berkembang menjadi bermacam-macam varian. Yang isinya pun tidak hanya berupa nilai-nilai kerohanian, namun berkembang mengikuti perkembangan perkembangan pewayangan periode modern, bermunculan wayang-wayang jenis baru seperti wayang suluh, wayang wahyu, wayang gedog, dan wayang kancil. Bermunculannya wayang-wayang jenis baru ini membawa suatu iklim baru di dalam dunia pewayangan. Seni pertunjukan wayang yang tadinya hanya dalam lingkup cerita Mahabrata dan Ramayana, menjadi semakin bervariasi. Contohnya adalah Wayang Suluh dan Wayang Pancasila yang menceritakan sejarah perjuangan bangsa. Yang menampilkan para pahlawan nasional sebagai lakon dalam pertunjukan wayang tersebut Shodiq Rifai, 2016 Deskripsi WayangWayang adalah suatu bentuk pertunjukan tradisional yang disajikan oleh seorang dalangdengan menggunakan boneka atau sejenisnya sebagai alat pertunjukan. Wayang adalah seni pertunjukan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan ini juga populer di beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu. Pengertian Wayang adalah seni pertunjukan berupa drama yang khas. Seni pertunjukan ini meliputi seni suara, seni sastra, seni musik, seni tutur, seni rupa, dan lain-lain. Ada pihak beranggapan, bahwa pertunjukan wayang bukan sekedar kesenian, namun juga mengandung lambang-lambang keramat. Sejak abad ke-19 hingga sekarang, wayang telah menjadi pokok bahasan dan dideskripsikan oleh para filosofis, pengertian wayang adalah bayangan, gambaran atau lukisan mengenai kehidupan alam semesta. Di dalam wayang digambarkan bukan hanya mengenai manusia, tetapi kehidupan manusia dalam kaitannya dengan manusia lain, alam, dan Tuhan. Wayang merupakan warisan budaya nusantara sekaligus warisan budaya dunia atas pengakuan UNESCO yang menetapkan wayang sebagai world herritage pada 7 Nopember 2003. Namun demikian, pengakuan tersebut belum direspon oleh negara dalam mengembangkan dan melestarikan wayang sebagai budaya tradisi. Alhasil, wayang semakin ditinggalkan generasi muda yang lebih gandrung dengan budaya pemerhati kebudayaan menyimpulkan bahwa negara telah melakukan pembiaran terhadap budaya lokal. Penetrasi budaya massa dari luar yang ditopang kekuatan kapital menjadikan budaya lokal kian terpinggirkan. Beliau juga mengatakan bahwa kondisi negara untuk kebudayaan seperti pertunjukan wayang sangat memperhatinkan dan negara juga tidak melakukan proteksi yang jelas tentang pertunjukan wayang tersebut. Seni tradisi budaya lokal seperti wayang menghadapi kondisi yang memprihatinkan dari sisi pendanaan. Seniman wayang diharuskan berjuang sendiri untuk menghidupi kesenian lokal yang telah mengakar di masyarakat ini. Kendati berbagai inovasi wayang dilakukan oleh para seniman dengan munculnya wayang super, wayang kampung sebelah, wayang OHP, wayang layar lebar namun hasil kreativitas tersebut tidak mampu menarik generasi muda terhadap wayang. Selain minimnya dukungan dari negara, beliau juga menilai kreasi dan inovasi wayang untuk mendekatkan wayang ke publik lewat kreator wayang juga masih sangat rendah. Oleh karena itu, inovasi dan kreasi wayang sangat dibutuhkan agar wayang tidak ditinggal penonton serta perlu adanya regenerasi penonton wayang. Beliau pun menegaskan jika tidak maka wayang kehilangan stakeholder Trenggono, 2013 Tantangan Pertunjukan Wayang yang Harus dihadapi Saat Ini1. Jenjang karir dalangKalau dari segi jumlah dalang, kita mencukupi. Kita mempunyai perguruan tinggi yang mempunyai jurusan pedalangan, sanggar wayang di seluruh Indonesia. Saat ini jumlah dalang hampir 2000-an, tapi penonton makin sedikit Suparmin Sunjoyo, 2012. Melihat fenomena tersebut disebutkan bahwa tersedianya sekolah dalang dan jumlah dalang hampir 2000-an, namun tetap saja sepi pengunjung. Penulis menilai jenjang karir dalang memang bukan masalah yang paling utama dalam terancamnya wayang kulit untuk punah, namun harus menjadi perhatian agar kedepan profesi dalang merupakan profesi yang mampu mengangkat citra bahwa dalang juga sebagai profesi yang menjanjikan. 1 2 3 Lihat Ilmu Sosbud SelengkapnyaWTC6Qy.