BerikutEventori beri rekomendasi 5 film Indonesia yang mengangkat tentang emansipasi wanita. Kartini. Tokoh perjuangan emansipasi wanita Indonesia, RA Kartini diangkat ke dalam sebuah film biografi berjudul Kartini. Film yang tayang pada 2017 ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Sosok yang berperan sebagai Kartini di film ini adalah Dian

Film Kartini Foto Dok Legacy PicturesRaden Ajeng Kartini atau RA Kartini telah berjasa besar dalam hal emansipasi bagi perempuan di Indonesia. Jasanya tersebut dikenang hingga sekarang dan diperingati lewat Hari Kartini pada 21 April setiap dan perjuangannya terkait kesetaraan gender pun menginspirasi banyak pihak dalam membuat karya, salah satunya film. Ya, hingga kini, ada tiga film yang berkisah tentang RA saja film yang mengangkat kisah RA Kartini tersebut? Simak berikut ini, ya, Kartini. Foto Shutter Stock1. R. A. Kartini 1982Film pertama yang mengangkat kisah perempuan kelahiran 21 April 1879 tersebut adalah R. A. Kartini. Dirilis pada 1982, film ini disutradarai oleh Sjumandjaja dan dibintangi Yenny Rachman sebagai A. Kartini bercerita tentang sosok Kartini yang memperjuangkan hak perempuan. Pada masa itu, hak perempuan belum disetarakan dengan laki-laki, salah satunya dalam hal mendapatkan pendidikan. Film ini diadaptasi dari buku Biografi Kartini karya Sitisoemandari Surat Cinta untuk Kartini 2016Film Surat Cinta untuk Kartini memuat cerita fiksi dengan latar belakang sejarah. Karya sutradara Azhar Kinoi Lubis ini mengisahkan sosok Kartini dari sudut pandang tukang pos bernama film tersebut, dikisahkan Sarwadi tak menyangka bahwa salah satu surat yang ia antarkan adalah untuk Kartini. Paras Kartini yang ayu dan kepeduliannya terhadap rakyat kecil membuat Sarwadi langsung jatuh hati. Sarwadi kemudian patah hati kala Kartini dilamar oleh Bupati Rembang yang memiliki tiga Putrisari memerankan tokoh Kartini, sementara Sarwadi diperankan oleh Chicco Jericho. Film Surat Cinta untuk Kartini dirilis pada 21 April 2016 Kartini 2017Adegan di Film Kartini Foto Legacy PicturesPada 19 April 2017, dirilis film drama biografi berjudul Kartini garapan Hanung Bramantyo. Kartini dalam film ini diperankan oleh Dian tersebut berkisah tentang Kartini yang tumbuh dengan melihat langsung ibunya, Ngasirah, menjadi orang terbuang di rumahnya sendiri. Sebab, sang ibu tidak memiliki darah ningrat dan menjadi pembantu. Sepanjang perjalanan hidupnya, Kartini pun berjuang untuk menyetarakan hak bagi semua orang, baik ningrat ataupun bukan, terutama hak pendidikan untuk menampilkan Dian Sastrowardoyo, film Kartini juga dibintangi oleh Christine Hakim, Acha Septriasa, Ayushita, Reza Rahadian, hingga Adinia tiga film tentang Kartini di atas, mana yang belum pernah kamu tonton, Ladies?

Takseperti zaman dahulu saat ibu RA Kartini hidup. Ada yang pernah dengar nama RA Kartini? Mau dengar cerita tentang perjuangan ibu RA Kartini? Zafran : aku pernah dengar ada hari kartini ya bu. Fani: iya bu, aku juga pernah dengar ada lagunya juga kan ya bu? Coba bu ceritakan! Ibu guru: Baiklah bu guru akan ceritakan. Pada tanggal 21 April
Sejarah Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April, tak terlepas dari kisah dan pemikiran inspiratif dari sosok RA Kartini, putri Jawa yang dikenal sebagai pejuang emansipasi perempuan. Raden Ajeng Kartini adalah salah satu pahlawan perempuan Indonesia yang berkat pemikirannya membuat emansipasi wanita kian meluaskan peran di masa kolonial, terikat pula dengan norma-norma budaya patriartki dalam kehidupannya sebagai perempuan Jawa, peran perempuan dianggap tak setara dengan laki-laki. Pemikirannya lugas menentang budaya turun temurun tentang peran perempuan yang lazimnya hanya menjalani kehidupan sebagai isteri, ibu dan dianggap tak mampu melakoni peran laki-laki. Seperti diberitakan Selasa 21/4/2020, Pengamat Sejarah Edy Tegoeh Joelijanto mengatakan bahwa RA Kartini ingin menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya 'konco wingking'. Baca juga Hari Kartini, Kemenkes Dorong Perempuan Berani Cuti Haid Artinya, perempuan bisa berperan lebih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam bidang pendidikan. "Perempuan juga bisa menentukan pilihan hidup, tak harus atas paksaan orantua dan perempuan juga bisa sekolah setinggi-tingginya," kata Edy yang pernah mengenyam pendidikan di UKDW Yogyakarta dan Universitas Putra Bangsa literatur sejarah, RA Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Putri Jawa yang dikenal sebagai pejuang emansipasi perempuan yang dibesarkan di sebuah keluarga ningrat Jawa. Ayahnya seorang Bupati Jepara bernama Raden Mas Ario Adipati Sosroningrat, dan ibunya, putri dari seorang guru agama di Teluwakur, Jepara, bernama Ngasirah. Baca juga Kisah Kartini yang Tak Ingin Hidup Lebih dari 25 Tahun Kartini berasal dari keluarga yang terpandang. Seperti diberitakan Selasa 21/4/2020 lalu, kakeknya adalah Pangeran Ario Tjondronegoro IV, yang menjadi bupati di usia yang sangat muda, yakni 25 tahun. Selain dari keluarga terpandang, ia juga berasal dari keluarga yang dikenal cerdas. Sebab, kakak laki-lakinya, Sosrokartono, dikenal sebagai orang yang ahli dalam bidang bahasa. Perjuangan untuk pendidikan perempuan Di masa itu, belum banyak perempuan yang dapat mengenyam pendidikan. Tidak seperti saat ini, baik laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama dalam memperoleh pendidikan. Hingga usia 12 tahun, RA Kartini akhirnya memperoleh pendidikan di Europes Lagere School ELS, dan semua murid di sekolah ini diwajibkan berbahasa Belanda. Namun, tradisi Jawa menghentikan langkah putri Jawa itu mengenyam pendidikan di sekolah. Baca juga Kartini Bukan Cuma Penulis Surat, Dia Wartawati Pertama Nusantara

Mengawalidengan menyimak foto yang ada di ruangan I yaitu kamar pribadi RA Kartini di sisi timur, di dalamnya terpajang foto putra dari RA. Kartini yang bernama R.M. Soesalit. Yang menarik, beberapa dari foto tentang R.M. Soesalit saat masa anak-anak itu ada yang mengenakan pakaian untuk anak perempuan.

Haaiii hhaiii semuaa... Silahkan yang butuh naskah drama untuk acara tutup tahun atau lain sebagainya. Belum perfect siih, tapi semoga bisa membantu. Untuk kritik, saran, atau mungkin request silahkan ke laelasafitri93 ~RADEN AJENG KARTINI~ Narator Raden Ajeng Kartini, sosok pahlawan emansipasi wanita yang telah berhasil memperjuangkan hak yang kini didapatkan oleh para wanita Indonesia. Dimana para wanita Indonesia kini dapat mengenyam pendidikan yang setara dengan kaum lelaki. Berbeda dengan saat terdahulu, dimana kaum wanita hanya bisa menggantungkan nasibnya pada adat istiadat setempat. Seperti halnya Raden Ajeng Kartini yang hanya bisa mengenyam pendidikan dasar, dan itupun tidak sampai tuntas. Terkisahlah pada tahun 1891, Raden Ajeng Kartini harus mengakhiri masa belajar bersama kawan-kawannya di sekolah, yang kemudian harus menerima pinangan dari seorang bangsawan asal Rembang. STEP 1 Ayah Kartini “Kartini... Kemarilah Nak. Kartini.. Kartiniiiiiiiiii” Kartini “Ayah memanggilku, ada apa?” Ayah Kartini “Kartini, aku ingin berbicara padamu.” Kartini “Bicaralah Ayah, aku akan mendengarkan.” Ayah Kartini “Kartini, dua hari yang lalu Raden Aryo Singgih telah datang kepadaku, dia mengutarakan keinginan hatinya untuk meminangmu.” Kartini “Meminangku, Ayah? Diusiaku yang sebelia ini? Tidak Ayah. Aku tidak mau.” Ayah Kartini “Nak, sudah waktunya kau menikah. Terimalah pinangan dari Raden Aryo Singgih. Dia adalah seorang bangsawan Rembang, bersamanya hidupmu akan tercukupi.” Kartini “Ini bukan masalah kecukupan hidupku Ayah, tapi masa depanku.” Ayah Kartini “Masa depanmu telah berada di depan mata. Setelah menikah nanti, itulah masa depanmu.” Kartini “Tidak Ayah. Bukan itu yang aku maksud. Aku tau Ayah, menikah berarti memberhentikan sekolahku. Dan aku tidak menginginkannya. Aku ingin tetap bersekolah Ayah.” Ayah Kartini “Kartini!” membentak Kartini “Ayah, jangan paksa aku.” Ayah Kartini “Jangan mencoba untuk membantah lagi Kartini.” Kartini “Ayah, aku hanya ingin sekolah. Aku tidak ingin dinikahkan terlebih dahulu.” Ayah Kartini “Ini adalah ketetapan adat istiadat, Kartini. Setelah dipingit, kini tibalah saatnya agar kau menikah.” Kartini “Aku mengerti Ayah, tapi setelah menikah hidupku tak lagi sama. Aku ingin menjadi wanita yang berpendidikan, Ayah. Untuk kali ini saja, ijinkan aku untuk bersekolah seperti mereka. Aku mohon Ayah” Kartini berlutut kepada Ayahnya Ayah Kartini “Tidak! Aku adalah ayahmu. Akulah yang berhak menentukan masa depanmu. Kau tak perlu meneruskan sekolahmu itu Kartini. Bisa menulis dan membaca itupun sudah cukup. Kau akan tetap menikah.” Kartini “Ayah . . .” Ayah Kartini meninggalkan Kartini. Kartini “Apakah semua wanita harus sepertiku? Hanya diperbolehkan untuk mengenyam pendidikan dasar dan kemudian harus dinikahkan. Sedangkan mereka, kaum lelaki, mereka bisa merasakan pendidikan dengan tingkatan yang lebih tinggi. Mereka berhak memimpin. Mereka berhak berbicara. Itu semua karena mereka berpendidikan. Sedangkan aku? Apa hakku? Apa yang bisa kukatakan dan apa yang bisa kulakukan? Kini aku hanya bisa berdiam diri, menerima dan menuruti perintah Ayah. Ini semua tak adil bagiku” monolog STEP 2 Narator Kartini berjalan dan terus berjalan, mencari tempat untuknya mencurahkan kepedihan. Di dalam benaknya hanya terpikirkan sosok para sahabatnya yang kerap dengan setia mendengarkan keluh dan kesahnya. Dilain sisi Rosa Abendanon baru saja menerima sebuah surat dari Kartini, dan ia pun membacanya. Rosa membaca sebuah surat “Kepada sahabatku, Rosa Abendanon. Bahasa mana sebenarnya, meskipun kita kuasai dengan baik, dapat mengutarakan getaran jiwa setepat-tepatnya, bahasa semacam itu tidak ada, hanya ada bahasa yang ajaib yang tak terucapkan, yang tak berwujud kata-kata maupun lambang huruf, tetapi artinya dapat dipahami oleh siapapun yang memiliki perasaan. Bahasa yang demikian itu adalah bahasa mata yang suci nan bersih, cermin jiwa yang cerah. Saya sangat sayang pada kaum wanita, saya menaruh hati pada nasibnya. Karena dia tidak dihargai dan ditindas seperti yang masih terdapat pada banyak negeri dalam abad yang terang ini. Tertanda, Kartini.” Tiba-tiba Kartini datang. Kartini “Rosa...” Rosa “Kartini..” Rosa menggapai tangan Kartini Kartini “Apa kau datang bersama Stella dan Van Kol? Mana mereka?” Rosa “Mereka tak bersamaku Kartini.” Kartini “Mengapa? Apa mereka sakit? Atau mereka pergi bersama?” Rosa “Tidak Kartini. Perlu kau mengerti. Stella, Van Kol dan juga diriku akan pergi ke Belanda. Kami akan memulai pendidikan yang lebih tinggi disana.” Kartini “Rosa.. Jangan katakan jika kau akan meninggalkanku Rosa. Aku mengerti, kau pasti akan membawaku bersama kalian kan?” Rosa “Maafkan kami Kartini. Tapi kami memang harus meninggalkanmu. Kami tau Ayahmu tak akan mengijinkanmu pergi ke Belanda.” Kartini “Lalu bagaimana denganku? Apa kau tau Rosa, seorang bangsawan Rembang telah datang kepada Ayahku. Dia ingin meminangku, Rosa. Dan Ayahku pun menyetujuinya. Sedangkan aku? Aku akan berhenti bersekolah.” Rosa “Kartini, aku tau ini berat bagimu. Tapi terimalah Kartini, karena ini adalah adat istiadatmu.” Kartini “Jadi Rosa? Kau tak lagi mempedulikanku?” Rosa “Bukan itu maksudku Kartini. Tapi ini adalah perintah dari Ayahmu. Dan kau pun pasti lebih mengerti bagaimana sikap Ayahmu itu.” Kartini “Rosa, bawalah aku bersamamu. Agar aku bisa tetap bersekolah. Dan aku pun tak perlu menerima pinangan dari bangsawan Rembang itu.” Rosa “Maafkan aku Kartini, tapi aku tak bisa melakukannya. Dan sekaranglah waktunya untukku pergi, Kartini.” Kartini “Tapi Rosa... Rosa...” Rosa meninggalkan Kartini. Namun Kartini berusaha mengejarnya. STEP 3 Narator Kepedihannya kini benar-benar tak terungkapkan. Masa sekolahnya harus terhenti dan dengan tiba-tiba para sahabatnya meninggalkan Kartini. Di dalam hati Kartini masih tersimpan secercah harapan untuk belajar. Hari-harinya ia isi dengan menulis surat kepada Tuan dan Nyonya Abendanon yang merupakan orangtua dari sahabatnya. Mereka telah seperti orangtua Kartini. Kartini terus bercerita tentang kehidupannya yang tak lagi bersekolah itu. Hingga Tuan Abendanon pun memberikan beasiswa kedokteran kepadanya. Kartini “Ayah.. Ayah.. Aaayyyyyaaaaaaaaahhhhh” Kartini berteriak Ayah Kartini “Ada apa Nak? Apa yang membuatmu senang seperti ini? Tak pantas seorang gadis berteriak seperti itu!” Kartini “Ayah, aku mendapatkan beasiswa kedokteran di Belanda. Berhari-hari aku menulis dan berkirim surat tentang pendidikanku Ayah, dan kini aku mendapatkan beasiswa untuk belajar di Belanda.” Ayah Kartini “Darimana kau mendapatkannya?” Kartini “Dari Tuan Abendanon, dia adalah ayah dari sahabatku. Ayah, ijinkan aku untuk pergi ke Belanda.” Ayah Kartini “Tidak Kartini, pendidikan itu memang penting. Apalagi dengan beasiswamu itu Ayah mengerti kau tak akan merepotkan. Tapi Kartini, untuk seorang wanita tak pantas untuk berpendidikan yang berlebihan.” Kartini “Ayah bilang ini berlebihan? Apa maksud Ayah? Aku hanya ingin bersekolah, Ayah.” Ayah Kartini “Ah sudahlah. Perintahku tetap sama dan tak bisa kau rubah. Kartini, Raden Aryo Singgih telah datang dan bermaksud menemuimu.” Aryo Singgih menghampiri Ayah Kartini dan Kartini. Ayah Kartini “Kemarilah Raden. Akan kutinggalkan kalian berdua. Bicaralah pada Kartini” Kartini “Ayahh..” Kartini mencoba memanggil Ayahnya, namun tak dihiraukan Raden Aryo Singgih “Kartini, bisakah aku meminta waktumu sebentar?” Kartini “Jika aku berkata tidak pun, aku tau kau akan menyita sebagian waktuku.” Raden Aryo Singgih “Kartini, tentunya kau telah mendengar ini dari Ayahmu. Bahwa aku ingin meminangmu.” Kartini “Berhenti membicarakan apa yang telah kuketahui Raden. Bukankah kau pun tau, untuk berbicara tentang hal meminang kau hanya perlu mengutarakannya pada ayahku. Sedangkan ayahku pun tak meminta kesediaan dari diriku.” Raden Aryo Singgih “Mungkin yang kau katakan itu memang benar Kartini. Tapi perlu kau ketahui, aku meminangmu karna aku mencintaimu.” Kartini “Cinta?? Kau bilang sebuah hasrat untuk memiliki adalah cinta? Sederhana sekali pemikiranmu itu Raden.” Raden Aryo Singgih “Tapi memang itulah yang aku rasakan Kartini.” Kartini “Itulah bedanya cinta yang kau miliki dengan cinta yang ada pada diriku Raden.” Raden Aryo Singgih “Aku tak mengerti maksud perkataanmu itu Kartini.” Kartini “Berbicara tentang cinta, dalam diri ini pun tersimpan sebuah cinta Raden. Namun cinta yang kupunya bukanlah cinta seperti yang kau anggap. Cinta ini bukanlah sekedar ingin memiliki. Cinta yang kusimpan sejak lama, adalah cinta yang tertuju pada mereka, pada kaum wanita.” Raden Aryo Singgih “Kartini, apa maksudmu? Aku benar-benar tak mengerti.” Kartini “Raden, jawablah pertanyaanku dahulu. Jika kau memiliki cinta pada seseorang, apa yang akan kau lakukan untuk mendapatkannya?” Raden Aryo Singgih “Tentu akan aku perjuangkan cintaku, Kartini.” Kartini “Begitu pula cinta ini Raden, aku pun ingin memperjuangkan cintaku. Aku ingin memerdekakan kaumku dari kebodohan. Dan untuk itu, tentunya akupun harus berpendidikan Raden.” Raden Aryo Singgih “Kini aku mengerti, Kartini. Tapi, bagaimana dengan ayahmu? Bukankah ia ingin agar kau menikah? Dan akupun menginginkan agar kau menikah denganku.” Kartini “Ayahku menikahkanku karna kau yang meminangku, Raden. Ini semua ada pada dirimu.” Raden Aryo Singgih “Jadi kau ingin agar aku membatalkan pinanganku?” Kartini “Tentu Raden. Memang itu yang aku inginkan. Aku ingin tetap bersekolah. Dan cara satu-satunya agar aku dapat bersekolah adalah menolak pinangan ini.” Raden Aryo Singgih “Lalu bagaimana dengan cintaku Kartini? Tak pantaskah aku merasakan cinta? Ini tak adil. Kartini, biarkan aku memperjuangkan cintaku ini. Aku berjanji akan berbicara pada ayahmu tentang keinginanmu untuk bersekolah.” Kartini “Lalu bagaimana jika ayahku tetap melarangku untuk bersekolah?” Raden Aryo Singgih “Baiklah, jika ayahmu tetap melarang, aku akan tetap mendukung cita-citamu itu. Akan kudirikan sekolah sebagai tempat untukmu belajar dan mengajar.” Kartini “Apakah ini cukup untuk meyakinkanku, Raden?” Raden Aryo Singgih “Iya Kartini, kau bisa memegang janjiku. Jika nanti aku mengingkarinya, kau berhak melakukan apapun yang kau mau.” Kartini “Jika memang benar ucapanmu itu, akan kupercayai kata-katamu. Dan akan kuterima pinanganmu Raden.” Raden Aryo Singgih “Terimakasih Kartini.” Kartini “Aku yang memang harus berterimakasih atas kebaikanmu Raden. Terimakasih.” Raden Aryo Singgih “Terimakasih kembali Kartini. Aku akan pergi menemui ayahmu sekarang juga” Raden Aryo Singgih meninggalkan Kartini. Kartini “Kupanjatkan syukur pada-Mu, Tuhan. Entah apa rencana-Mu. Tapi dengan kehendak-Mu aku akan kembali mengenyam pendidikan yang sempat kutinggalkan. Dan aku berjanji, aku akan menjunjung harkat kaumku. Akan kuperjuangkan pendidikanku bersama kaum wanita. Akan kudapatkan hakku bersama mereka. Dan akan kurubah dunia ini menjadi lebih baik lagi.” monolog Narator Inilah janji Kartini. Inilah cita-citanya. Memperjuangkan hak wanita untuk mendapatkan apa yang seharusnya ia dan kaumnya dapatkan. Dan beruntunglah kalian, para kaum wanita. Yang kini telah merasakan apa yang seharusnya didapatkan. Gunakan dan perjuangkanlah hak kalian sebagaimana mestinya. === THE END ===
Perjuangan Kartini tidak berhenti setelah menikah dengan Raden Adipati Djojo Adiningrat, dia beruntung memiliki suami yang selalu mendukung akan cita citanya untuk memperjuangkan pendidikan dan martabat kaum perempuan.Dari situlah Kartini mulai memperjuangkan untuk didirikannya sekolah Kartini pada 1912 di Semarang. Pendirian sekolah wanita tersebut berlanjut di Surabaya
67% found this document useful 6 votes13K views4 pagesDescriptionSEMOGA BERMANFAATCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?67% found this document useful 6 votes13K views4 pagesNaskah Drama KartiniJump to Page You are on page 1of 4 You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Dalamrangka memperingati hari Kartini tahun 2021 MI An-Nur Jogoresan Solo - Kisah pahlawan nasional asal Jepara ini, yang terkenal dengan kumpulan suratnya yang dibukukan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang, ternyata sudah tiga kali difilmkan. Selain film berjudul Kartini 2017 dan Surat Cinta Kartini 2010, ternyata masih ada satu judul lagi yaitu Kartini 1982. Berikut kisah tentang film jadul Tentang Film Kartini 1982Film Kartini 1982 karya sutradara Sjumandjaja ini dibintangi oleh sederet aktor kondang pada masa itu, di antaranya adalah Yenny Rachman, Nani Widjaya, Bambang Hermanto dan Adi sampul VCD-nya dituliskan, film ini pernah meraih Piala Citra Terbaik 1983 untuk delapan kategori yaitu film, sutradara, aktris pendukung, skenario, sinematografi, penyuntingan, penata artistik, dan penata musik. Dikutip dari laman Film Indonesia, film yang diangkat dari buku Biografi Kartini karya Sitisoemandari Soeroto ini semula berdurasi 127 menit. Setelah dikoreksi, berdasarkan versi yang diputar di Kineforum Taman Ismail Marzuki Jakarta pada 8 Maret 2017, durasi filmnya menjadi 163 Sinopsis film Kartini 1982Raden Ajeng Kartini lahir di Mayong, Jepara tanggal 21 April 1879. Ayahnya RM Aryo Sosroningrat, Wedana Jepara. Ibunya Mas Ayu Ngasirah, selir ayahnya. Meski demikian, Kartini mendapat pendidikan yang sama seperti adik-adik dan kakak-kakaknya dari lain pendidikan dan rajinnya membaca, seperti buku terbitan Belanda, Max Havelaar, Kartini mulai melihat kenyataan aneh di lingkungannya. Di lingkup kabupaten, hidupnya terasa berlebihan. Sementara di luar, untuk sesuap nasi saja para wanita harus bekerja itu, ibunya RA Kartini sendiri tidak berhak untuk makan bersama dengan ayahnya. Kartini pun merasakan hidupnya dilingkupi kesewenangan laki-laki. Jiwanya menjerit. Terlebih setelah ia menginjak dewasa. Kartini bersama saudara-saudara perempuan lainnya harus menjalankan kebiasaan Kartini itu kemudian diprotes keras oleh teman Kartini yaitu suami-istri Asisten Residen dan Residennya sendiri. Akhirnya mereka berhasil mengeluarkan Kartini, Kardinah, dan Rukmini dari pingitan. Sehingga, Kartini bisa mengajar membatik kepada para wanita dan Kardinah kemudian mendirikan sekolah di Kabupaten Jepara untuk memajukan kaumnya. Sekolah ini mendapat sambutan baik dari wanita-wanita, baik kaum ningrat maupun rakyat di saat sebagian cita-cita Kartini sudah terwujud, ia dipinang oleh Bupati Rembang Djojoadinigrat. Lamaran itu sebenarnya tidak dia inginkan karena takut cita-citanya kandas. Namun, pada masa itu tidak lazim menolak lamaran seorang Kartini terpaksa menerima lamaran itu dengan syarat suaminya membolehkan Kartini meneruskan cita-citanya. Bupati Djojoadiningrat menyetujui syarat tersebut. Kartini kemudian kawin dengan Bupati Djojoadiningrat, setelah istrinya, Soekarmilah, sutradara Sjumandjaja mendekati kisah populer ini dengan sikap romantik. Kopi 35 mm / VHS judul ini dapat diakses dari Koleksi Sinematek Indonesia. Namun, kamu juga bisa menontonnya secara utuh di Youtube. Selamat menyaksikan. Simak Video "5 Film Indonesia dengan Penonton Terbanyak Sepanjang Sejarah" [GambasVideo 20detik] dil/sip
BacaJuga: Dibesarkan Ibu Tunggal, Reza Rahadian Petik Pelajaran Luar Biasa. Perempuan kelahiran Jepara ini juga memiliki karya yang cukup terkenal yakni buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Melansir dari Kompas.com, buku tersebut berisi tentang arsip surat-menyurat antara Kartini dan sahabat penanya yang berkewarganegaraan Belanda.
NASKAH DRAMA KARTINI 1. Kartini Cerdas,Gemar Membaca,Patuh pada Orangtua.Lilis,Iva 2. Ayah Kartini Bijaksana,Taat Pada Hukum Adat. Khotim Raden Mas Adipati Ario Ardi Atomo 3. Ibu Kartini Baik,Penyayang,Taat Pada Hukum Adat. Mayang Ngasirah 4. Suami Kartini Pengertian, Penyayang. Evita Adipati Ario 5. Abendanon Orang Belanda,Baik,Bijaksana. Dewi 6. Murid Kartini 1 Wanita Pribumi. Nanda 7. Murid Kartini 2 Wanita Pribumi. Milaya DRAMA Adegan. 1 Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka.Narator Lilis - Kamar Kartini merenung di dalam kamar, mengingat perkataan Ayahnya yang melarangnya untuk bersekolah lagi karena menurut adat istiadat wanita seumurannya sudah dipingit. Kartini sedih, kesal, dan masih ingin bersekolah lagi untuk menambah pengetahuan dan teman. Ruang Tamu Khotim Bertolak Pinggang Marah “Kamu itu sudah waktunya untuk dipingit, kamu itu perempuan. Tidak harus sekolah tinggi-tinggipun tidak apa-apa.” Iva Menatap Ayah sedih “Tapi Romo. Aku ingin mempunyai banyak pengetahuan dan juga banyak teman apa itu salah!.” Mayang Membelai rambut Kartini “Kanjeng Ibu mengerti maksud kamu Cah Ayu, tapi adat istiadat itu ndak boleh dilanggar.” Adegan. 2 Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian 12 tahun Kartini sudah dipingit. Dalam masa pingitannya ini Kartini banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Narator Lilis - Kamar Kartini membaca buku. Perlahan membuka lembaran-lembaran buku dan kertas lain satu persatu kemudian menunduk. “Seandainya saja aku bisa sekolah pasti akan ada banyak ilmu yang bisa kudapat dan bisa memiliki banyak teman.” Afifah, pengisi suara Adegan. 3 Suatu hari tepatnya pada tanggal 4 Oktober 1901Kartini menuliskan sebuah surat kepada Abendanon dan Ny. Abendon “Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam Sunatullah sendiri ke tangannya menjadi ibu, mendidik manusia yang pertama-tama”. Adegan 4 Pada 12 November 1903 saat usianya 24 tahun kartini kemudian dinikahkan dengan bupati Rembang Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Keinginan Kartini terus memperjuangkan pendidikan untuk kaum wanita tidak berhenti sampai disitu. Kartini meminta izin pada suaminya untuk membuka sekolah bagi kaum wanita. Dan suaminyapun mendukung.Narator Evita Duduk Membaca Koran Lilis Berdiri Disamping Suami “Kalo aku buat sekolah wanita disini, menurut kang mas bagaimana?.” Evita Masih Membaca Buku “Yok wis, ra opo – opo. Itu keinginan yang bagus. Aku setuju – setuju saja.” Adegan. 5 Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia. Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Lilis Memegang buku,mengajar dalam ruang kelas“Bagaimana, sudah mengerti?.” Nanda Mencoba memahami “Sudah , Terima Kasih ya mba yu.” Milaya Bangkit Berdiri “Wis ,aku pulang dulu sudah sore.” Lilis “Iya Benar, Milaya Pimpin doa yo.” - Pada 13 September 1904 anak pertama Kartini dilahirkan anak itu diber nama Soesalit, namun sayang pada 17 September 1904 Kartini Wafat. Beberapa hari setelah melahiorkan anak pertamanya. Ia meninggal pada usia 25 Tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. - Akhirnya berkat kegigihan dan dukungan dari suaminya Kartini mendirikan sekolah wanita pada tahun 1912 di Semarang kemudian Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Dewi- Ruang Tamu - Setelah Kartini Wafat, Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat – surat yang ditulis oleh Kartini kepada kawan – kawannya di Eropa. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Dewi Membereskan kertas - kertas yang berserakan “Semua ini adalah pengalaman berharga.” - Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang. Walaupun Kartini sudah meninggal namun perjuangannya untuk kaum wanita akan tetap terus berlanjut. Kartinilah yang membuat terjadinya perubahan pada kaum wanita saat ini. Emansipasi wanita telah terjadi. Perjuangan selanjutnya akan dilanjutkan oleh seluruh wanita Indonesia selanjutnya. -Selamat Jalan Raden Ayu. Jasamu takkan dilupakan- Ini hanya naskah drama singkat. Sobatdeul bisa mengembangkan ceritanya kok... Sekian, Terimakasih Moga Bermanfaat KARTINIatau berjudul lain KARTINI: PRINCESS OF JAVA ini, adalah sebuah film Box Office drama biografi terbaru 2017 yang berasal dai Indonesia.Film Biografi Kartini (2017) ini, akan bercerita tentang semangat juang dari seorang gadis bernama kartini (diperankan Dian Sastrowardoyo). Ia adalah merupakan seorang tokoh perjuangan emansipasi wanita yang berasal dari Indonesia.
RAKartini. (Istimewa) Peringatan Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April tak lepas dari kisah dan pemikiran inspiratif sosok Raden Ajeng Kartini yang dikenal sebagai Putri Jawa yang memperjuangkan emansipasi wanita. Berkat perjuangan Kartini, perempuan tak hanya berurusan dengan dapur saja, tapi bisa melakukan banyak hal yang lain.
CnrReM.
  • n7ak3205up.pages.dev/377
  • n7ak3205up.pages.dev/271
  • n7ak3205up.pages.dev/423
  • n7ak3205up.pages.dev/114
  • n7ak3205up.pages.dev/183
  • n7ak3205up.pages.dev/367
  • n7ak3205up.pages.dev/246
  • n7ak3205up.pages.dev/198
  • drama tentang ra kartini